Kini sebuah buku seks menghebohkan China. Tunggu dulu. Ini bukan buku porno melainkan buku ilmiah yg membedah fakta sejarah gay di China. Kenapa heboh? Karena warga China modern tidak tau menahu betapa gay-nya sejarah negara komunis tercinta mereka itu. Pengarangnya adalah Richard Burger dan bukunya berjudul Di Balik Pintu Merah: Seks Di China.
Buku heboh! |
Homoseksualitas di China kuno terjadi di mana-mana. Dari istana kaisar dinasti Han sampai tempat gigolo gay. Trend ini mencapai puncak pada zaman dinasti Qing saat para pemain opera laki-laki kemayu yg berperan sebagai wanita di panggung. Laki-laki "cantik" memang lebih digemari oleh pria gay China kuno dan untuk mendapatkan mereka butuh uang (seperti menyewa wts/gigolo). Nah, karena itulah, harga untuk membeli laki-laki cantik ini melonjak krn penyewanya rata2 adalah pria kaya. itu sebabnya, homoksesulitas adalah lambang kemakmuran. Yang menyewa kaya, yg disewa ikutan kaya.
Buku seks ini lebih lanjut menjabarkan bahwa pada zaman dinasti Han, malah ada katalog selir laki-laki para kaisar! Ya, kaisar2 China yg sering muncul dalam film2 kungfu kesayangan kalian ternyata hasil rekayasa kaum homofobik krn kaisar2 asli China suka berhomoseks! Bahkan para petani di desa juga berhomoseks. Meski demikian, mereka lebih tepat disebut biseks karena semua pria itu juga beristri dan beranak. Bagi mereka, homoseks itu adalah rekreasi dan variasi. Beda dengan segelintir gay modern yg ingin sehidup semati.
Homofobia China sebenarnya sudah dimulai sejak zaman dinasti Manchu saat agama Kristen menyebar. Ada catatan sejarah dari beberapa misionaris bule yg merasa jijik melihat kelakuan orang "Sodom" China. Hujatan Kristen sampai ke telinga kaisar Manchu yg kemudian merasa malu karena negaranya diejek orang bule. Praktek homoseks pun mulai diilegalkan. Bahkan kuil dewa gay Tu Er Shen dihancurkan.
Tradisi homofobia berlanjut saat China dikuasai komunisme. Mao Zedong mencap gay sebagai penyakit jiwa dan penyakit sosial. Di zaman itu, informasi yg benar tidak mengalir sehingga banyak gay China mengira mereka cuma sebatang kara dan yakin mereka memang sakit jiwa (kok sama dng gay Indonesia?). Mao pun mulai menangkapi gay China atas nama "moral" (komunis kok bermoral, lucu). Ada yg dipenjara, ada yg DIKEBIRI, dan banyak juga yg DITEMBAK MATI! Warga China pun ikut2an menjahati kaum gay dengan mengasingkan mereka.
Hingga detik ini pun, gay China masih ditekan masyarakat untuk menikah. Sehingga, tak ayal lagi, banyak wanita China menjadi KORBAN GAY: hanya dinikahi sebagai "trofi pajangan". Hal yg sama pun terjadi di Indonesia. Bedanya Indonesia membawa nama agama sementara China membawa nama moralitas komunis.
No comments:
Post a Comment