Georgia: "Semua ortu itu homofobik SEBELUM mereka diedukasi soal gay" |
J: Putriku mengaku gay waktu umur 15. Aku kaget tapi dia memang tomboy sejak kecil. Setelah dipikir2, memang masuk akal. Suamiku juga pernah bilang kalo putri kami mungkin suka sesama perempuan. Tapi tetap saja, aku shok. Putriku bahagia dan dia punya girlfriend. Tapi dia punya sisi transgender. Di lubuk hatinya, dia ingin ganti kelamin jadi laki2. Putriku sudah membuang payudaranya dan berniat melakukan operasi lain tapi aku tidak terima krn berbahaya.
T: Apakah ortu Taiwan mulai terima gay?
J: Iya. Aku sendiri mengalami fase itu. Menurutku 80% ortu akan terima anak gay. Tapi mungkin butuh 5 tahun agar mereka benar2 mengerti soal gay. Ortu biasanya bertanya "Kenapa harus anakku?" Mereka lalu akan menyalahkan dirinya atau anaknya, bahkan guru dan lingkungan. Makanya mereka butuh diedukasi bahwa gay itu normal dan ALAMI.
T: Apa nasehat Anda untuk para gay yg ogah mengaku karena merasa ortunya takkan terima?
J: Semua ortu itu homofobik kok, TAPI kami bisa belajar menerima. Si gay harus punya hubungan harmonis dengan ortunya. Itu penting! Dengan begitu, ortu bisa lebih menerima. Sayangnya, banyak gay yg tidak akur dengan ortunya. Mudik cuma sekali buat Sin Cia. Bagaimana mungkin si ortu bisa mengerti dan menerima kalo si gay menaruh jarak? Ortu itu tidak jahat tapi mereka butuh diedukasi.
T: Bagaimana dengan homofobia di Taiwan?
J: Kurasa masyarakat Taiwan tidak lagi homofobik. Waktu aku muda, sekarang aku 57, masyarakat memang kolot. Gak boleh ini, gak boleh itu. Tapi sekarang pikiran mereka sudah terbuka, malah pernikahan antar ras pribumi Taiwan dengan suku Han diterima. Tapi komunitas KRISTEN memang terus menghasut agar orang membenci gay. Untungnya mereka cuma 3% saja. Orang Kristen tak bisa berbuat banyak untuk melukai gay.
No comments:
Post a Comment